sponsored

SAAT SENYUMNYA TELAH MENGHILANG DARI WAJAHNYA



Sampah di gunung merupakan masalah klasik dari setiap generasi para pendaki yang ada. Semenjak dibukanya sebuah rute pendakian baru ke sebuah gunung entah dimana, maka sudah dapat dipastikan sampah dari para pendaki yang berangkat pergi ke sana akan menjadi masalah di kemudian hari. Pendaki manapun akan selalu membawa ragam sampah yang berasal dari perbekalan yang mereka bawa. Setiap kali perbekalan itu kita buka untuk digunakan atau disantap, maka yang timbul adalah sisa-sisa bekas produk yang berupa sampah bertebaran dimana-mana.

Hal yang sama pun terjadi di semua gunung yang berada di luar negeri. Bahkan untuk gunung tertinggi di dunia yaitu Puncak Gunung Everest pun ternyata memiliki permasalahan yang sama dengan jumlah sampah dari para pendakinya. Sampah yang berserakan itu bahkan telah tertutup oleh ketebalan salju abadi yang selalu turun di sana. Volume sampah yang ada dipuncak Gunung Everest pada saat ini adalah hingga seberat dalam satuan ukuran ton yaitu sekitar 1.000 kilogram setiap tahunnya. 


Pada era akhir tahun 90an, sekelompok para pendaki yang berasal dari negara Matahari Terbit Jepang secara sukarela mendaki ke Puncak Gunung Everest hanya untuk membersihkan ragam sampah yang ada disana. Hasilnya sungguh mencengangkan karena ternyata banyak pendaki yang secara sengaja membuang sisa tabung botol oksigen yang habis dipakai begitu saja di Puncak Gunung Everest. Bekas tabung oksigen dari pendaki berbagai negara tersebut berserakan hingga menimbulkan pemandangan mata yang sangat tidak elok. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat bertentangan dengan sebutan mereka yang mengaku sebagai pencinta alam, Ironis bukan ?

Beberapa Gunung di Indonesia saat ini memiliki peraturan yang cukup ketat mengenai sampah. Aturan yang ada itu dimulai dari ketentuan “denda” yang cukup tinggi apabila diketahui menyampah dengan sengaja selama dalam pendakian, hingga aturan mengenai “deposit uang” yang harus diberikan oleh para pendaki pada saat akan memulai pendakiannya. Deposit Uang tersebut merupakan sebuah jaminan agar setiap pendaki diwajibkan untuk membawa kembali sampah yang mereka miliki untuk dibawa turun dari puncak saat kepulangannya. Apabila sampah tidak dibawa oleh mereka maka deposit tersebut digunakan sebagai biaya untuk pengelolaan masalah sampah.

Perlu asuransi perjalanan secara instant ? klik disini

Hingga saat ini, penulis berpendapat bahwa pengaturan masalah deposit merupakan salah satu jalan keluar terbaik untuk masalah sampah di gunung Indonesia. Efeknya memang, biaya pendakian akan menjadi lebih tinggi karena adanya aturan deposit yang tidak murah tersebut. Akan tetapi, sepanjang pendaki kembali turun dengan membawa sampah yang ada, maka deposit itu sendiri akan dikembalikan kepada mereka tanpa potongan apapun. Penulis mengibaratkan, sebetulnya kita hanya menitipkan sebagian dari dana yang kita bawa selama pendakian untuk ditempat (disimpan) pada tempat yang aman tentunya. Toh, di atas puncak gunung tidak ada Mini Market atau Food Court tempat kita jajan bukan ? sehingga uang yang kita simpan tadi sebagai deposit tentunya aman disimpan tanpa ada risiko kehilangan selama kita mendaki gunung. 

http://semua-ada.instashop.co.id

Satu sisi lainnya. Selain aturan mengenai deposit, penulis berpendapat bahwa seharusnya juga dari pihak pengelola Gunung di Indonesia selalu menyediakan beberapa tempat pembuangan sampah di setiap pos basecamp pendakian yang ada. Tempat pembuangan sampah itu sendiri hanya digunakan untuk sampah-sampah yang bersifat non organic yang sulit untuk di daur ulang seperti: bungkus makanan jadi, bekas botol mineral dan lainnya. Sementara sampah-sampah yang bisa diurai oleh alam secara organic, dapat dibuang oleh pendaki dimana saja yang kedepannya akan berfungsi sebagai pupuk bagi aneka tanaman hayati disekitarnya.

Pemahaman tentang sampah organic dan non organic ini dapat disosialisasikan oleh Petugas Penjaga yang ada dipintu masuk pendaftaran berikut lokasi-lokasi tempat pembuangannya di setiap pos basecamp pendakian. Sementara itu, untuk sampah di tempat pembuangan di setiap pos basecamp pendakian tadi dapat diambil (diangkut turun) secara bergantian sejalan dengan sifat pengawasan ekosistem kehutanan yang ada. Bagi para pendaki pun yang mau secara sukarela membawa sampah itu turun kebawah tentunya harus diapresiasi semisalnya dengan : menggratiskan biaya yang telah dikeluarkan sebelumnya (retur biaya pendakian). 

https://www.facebook.com/pg/tspcamp/shop/

Kemauan akan kebersihan alam pegunungan adalah modal utama kita untuk menjaga gunung dari sampah para pendaki. Sosialisasi mengenai sampah sudah sama pentingnya dengan sosialisasi tentang keselamatan selama pendakian. Efek sampah yang banyak betebaran di pegunungan Indonesia memang hanya akan terasa dalam tempo jangka panjang. Karena itulah sudah saatnya semenjak sekarang kita mulai peduli akan sampah yang ditinggalkan oleh kita sebagai pendaki dimanapun kita berada. Kalo kita mengaku sebagai pencinta alam, mengapa tidak dimulai dengan tidak meninggalkan sampah di setiap tempat yang kita datangi. Kita tentunya tidak ingin gunung-gunung di Indonesia dipenuhi oleh berbagai sampah yang akan merusak kondisi lingkungan dan pemandangan di puncak gunung yang kita daki. 

http://idx7.xyz/r/1039/38299/

Anda mengaku Pencinta Alam ? Mulai sekarang jangan tinggalkan sampah non organic ditempat anda mendaki kecuali meninggalkan jejak kaki anda disana.

T-165-CL
08197277783


Punya ide atau saran tentang dunia Pencinta Alam ? kirimkan saja email kepada kami. Apabila dimuat akan mendapatkan cindera mata Toko Semua Ada. Kirimkan tulisan anda kepada kami segera.

tsp.camp.travel@gmail.com

Comments

Popular Posts